Irit Pupuk Namun Manja dan Butuh Perhatian Ekstra
ourshopfront.com |
Bagi para kolektor, membudidayakan anggrek dendrobium merupakan keasyikan tersendiri. Anggrek ini dianggap lebih menantang ketimbang anggrek hibrida. Maklum, perlu perhatian ekstra dalam mengembangkan jenis anggrek yang banyak ditemukan di Asia Tenggara ini.
Sudarman, pembudidaya anggrek dendrobium yang juga memiliki Selebes Ranzani Orchid di Denpasar, Bali mengatakan, bibit anggrek dendrobium bisa diperoleh dengan mencabut langsung dari hutan. Ambil bibit anggrek dendrobium yang berusia tiga bulan.
Biasanya anggrek yang berusia tiga bulan telah terlepas dari induknya dan memiliki tekstur batang yang berantakan. "Tantangan ini yang disukai para pencinta anggrek, menormalisasi batang hingga akhirnya tumbuh daun dan berbunga adalah tahapan yang tak ternilai harganya," jelasnya.
Selain mencabut dari hutan, bibit juga bisa diperoleh lewat proses penangkaran selama enam bulan. "Tapi, banyak yang suka anggrek dendrobium cabutan dari hutan ketimbang yang telah melewati proses penangkaran singkat," ujar Sudarman.
Proses selanjutnya adalah membudidayakan anggrek hingga berbunga. Butuh waktu lama agar anggrek dendrobium bisa sampai berbunga, kira-kira 1,5 tahun.
Yang palin penting dalam proses ini adalahpenyiraman tanaman yang rutin pada pagi atau sore hari. Selain itu, anggrek dendrobium harus terkena sinar matahari pagi agar proses pertumbuhannya bagus. "Tapi, terik matahari siang perlu dihindari karena bisa membuat daun kecokelatan dan batangnya kering," kata Sudirman.
Maka itu, biasanya tanaman ini banyak digantung di pohon besar yang bisa menghalangi sengatan sinar matahari langsung. "Bisa digantung di dahan pohon beringin atau pohon lain yang besar," tuturnya.
Budidaya anggrek ini terbilang murah karena anggrek dendrobium bisa tumbuh tanpa pupuk. Ini yang membuat anggrek ini istimewa. "Tapi perawatannya harus telaten," ujarnya.
Toh, kata Lady Chania, pemilik Toko Arva Orchid di Payakumbuh, Sumatera Barat, pembudidaya anggrek dendrobium tetap perlu mewaspadai munculnya penyakit akibat serangan ulat dan belalang. Menurutnya, imbas serangan itu cukup fatal, terutama pada tanaman usia produktif, yakni pada satu tahun. "Umumnya penyakit itu menyerang pucuk bakal bunga dan akibatnya adalah gagal berbunga," tuturnya.
Selain itu, pada kondisi tertentu seperti musim kemarau, pembudidaya anggrek ini harus terus memperhatikan tanaman dan tak boleh dibiarkan kering. "Terkadang meski tak kena sinar matahari, tapi karena cuaca membuatnya jadi cepat kering," ujarnya.
(Selesai)
Sumber : Kontan 27 Juni 2012 (Fahriyadi)
0 comments:
Post a Comment