Budidaya Anggrek Dendrobium Masih Menjanjikan
dendrobium-orchids.com |
Anggrek dendrobium punya banyak peminat lantaran mahkota bunganya yang cantik dan tahan lama. Karena kelebihannya itu, tanaman ini begitu populer di kalangan kolektor anggrek. Peluang budidaya anggrek dendrobium pun besar. Omzet usaha ini bisa puluhan juta per bulan.
Budidaya anggrek tak pernah sepi dari permintaan. Tidak mengenal tren seperti tanaman hias lainnya, anggrek tetap diburu terutama oleh para kolektor tanaman hias.
Dari sekian banyak jenis anggrek, spesies dendrobium termasuk yang paling banyak penggemarnya. Anggrek jenis ini merupakan tanaman yang tumbuh secara alami di hutan. Beda dengan jenis anggrek hibrida atauhasil persilangan yang dibantu oleh manusia.
Keunggulan anggrek ini ada pada mahkota bunganya yang indah dan tahan lama. Usianya bisa tahan tiga bulan. Karena kelebihan nya itu, banyak orang kepincut dengan anggrek dendrobium. Lantaran permintaanya tinggi, peluang budidayanya cukup besar. Peluang itu juga yang Sudarman tangkap. Pria asal Denpasar, Bali ini sudah membudidayakan anggrek dendrobium sejak 2000. "Kini banyak orang melirik bisnis ini," kata dia.
Menurut Sudarman, anggrek ini diminati oleh mereka yang mengerti dan fanatik terhadap anggrek. Selain indah, bunga anggrek dendrobium bisa tumbuh dua kali dalam setahun. Di alam, tanaman itu bisa ditemui dengan mudah di pedalaman hutan di Indonesia.
Sudarman sendiri menjual anggrek dendrobium dalam dua kategori : bibit cabutan dan rawatan. Untuk bibit cabutan ia banderol dengan harga Rp100.000 per batang. Sementara yang rawatan berkisar Rp250.000 - Rp300.000 sebatang.
Yang dimaksud dengan bibit cabutan adalah bibit yang berasal dari hutan. Karena baru dicabut, bentuk batangnya masih berantakan. Beda dengan bibit rawatan yang sudah Sudarman pelihara selama enam bulan. "Hanya butuh merawat setahun lagi untuk bisa berbunga," katanya.
Dalam sebulan, Sudarman bisa menjual 100 batang anggrek dendrobium. Dari situ, omzet yang dia kantongi bisa mencapai Rp40 juta per bulan. Adapun laba bersihnya lebih dari 50%. Labanya lumayan besar karena tanaman ini dicari di hutan. "Tapi untuk mencabutnya harus memperoleh izin dari pemerintah daerah di wilayah hutan itu," ungkapnya.
Budidaya anggrek dendrobium juga dilakoni Lady Chania, pemilik Arva Orchid di Payakumbuh, Sumatera Barat. Bisnis itu sudah ayahnya rintis sejak pertengahan tahun 1990-an. Lady bilang, anggrek dendrobium adalah jenis tanaman hutan yang paling banyak dicari untuk hiasan rumah. "Tanaman ini begitu populer di kalangan kolektor anggrek," ujarnya.
Setiap bulan lady menjual 100 anggrek dendrobium dengan harga Rp200.000 per batang. Pembelinya juga berasal dari daerah lain, seperti Jawa dan Sumatra bagian Selatan.
(bersambung)
Budidaya anggrek tak pernah sepi dari permintaan. Tidak mengenal tren seperti tanaman hias lainnya, anggrek tetap diburu terutama oleh para kolektor tanaman hias.
Dari sekian banyak jenis anggrek, spesies dendrobium termasuk yang paling banyak penggemarnya. Anggrek jenis ini merupakan tanaman yang tumbuh secara alami di hutan. Beda dengan jenis anggrek hibrida atauhasil persilangan yang dibantu oleh manusia.
Keunggulan anggrek ini ada pada mahkota bunganya yang indah dan tahan lama. Usianya bisa tahan tiga bulan. Karena kelebihan nya itu, banyak orang kepincut dengan anggrek dendrobium. Lantaran permintaanya tinggi, peluang budidayanya cukup besar. Peluang itu juga yang Sudarman tangkap. Pria asal Denpasar, Bali ini sudah membudidayakan anggrek dendrobium sejak 2000. "Kini banyak orang melirik bisnis ini," kata dia.
Menurut Sudarman, anggrek ini diminati oleh mereka yang mengerti dan fanatik terhadap anggrek. Selain indah, bunga anggrek dendrobium bisa tumbuh dua kali dalam setahun. Di alam, tanaman itu bisa ditemui dengan mudah di pedalaman hutan di Indonesia.
Sudarman sendiri menjual anggrek dendrobium dalam dua kategori : bibit cabutan dan rawatan. Untuk bibit cabutan ia banderol dengan harga Rp100.000 per batang. Sementara yang rawatan berkisar Rp250.000 - Rp300.000 sebatang.
Yang dimaksud dengan bibit cabutan adalah bibit yang berasal dari hutan. Karena baru dicabut, bentuk batangnya masih berantakan. Beda dengan bibit rawatan yang sudah Sudarman pelihara selama enam bulan. "Hanya butuh merawat setahun lagi untuk bisa berbunga," katanya.
Dalam sebulan, Sudarman bisa menjual 100 batang anggrek dendrobium. Dari situ, omzet yang dia kantongi bisa mencapai Rp40 juta per bulan. Adapun laba bersihnya lebih dari 50%. Labanya lumayan besar karena tanaman ini dicari di hutan. "Tapi untuk mencabutnya harus memperoleh izin dari pemerintah daerah di wilayah hutan itu," ungkapnya.
Budidaya anggrek dendrobium juga dilakoni Lady Chania, pemilik Arva Orchid di Payakumbuh, Sumatera Barat. Bisnis itu sudah ayahnya rintis sejak pertengahan tahun 1990-an. Lady bilang, anggrek dendrobium adalah jenis tanaman hutan yang paling banyak dicari untuk hiasan rumah. "Tanaman ini begitu populer di kalangan kolektor anggrek," ujarnya.
Setiap bulan lady menjual 100 anggrek dendrobium dengan harga Rp200.000 per batang. Pembelinya juga berasal dari daerah lain, seperti Jawa dan Sumatra bagian Selatan.
(bersambung)
sumber : Kontan 26 Juni 2012 (Fahriyadi)
0 comments:
Post a Comment